Kamis, 09 Desember 2010

PENERAPAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS) DALAM RANGKA MENINGKATKAN MUTU GURU DAN SARANA PRASARANA DI TK PERTIWI BANGO KECAMATAN DEMAK KABUPATEN DEMAK

PENERAPAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS) DALAM RANGKA MENINGKATKAN MUTU GURU DAN SARANA PRASARANA DI TK PERTIWI BANGO KECAMATAN DEMAK KABUPATEN DEMAK



Diajukan sebagai kegiatan pengembangan provesi untuk memenuhi sebagian syarat lomba Kepala Taman Kanak-Kanak Berprestasi


Disusun oleh :
NAMA : KUSTI’AH, S.Pd
NIP : 19650620 198702 2 003
HP : 085290663711
UNIT KERJA : TK PERTIWI BANGO
KEC. DEMAK KAB. DEMAK
TELP. : (0291) 4284484


DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAH RAGA
KABUPATEN DEMAK
TAHUN 2010

KATA PENGANTAR


Alhamdulillahirobbil alamin berkat rahmat dan hidayah dari Tuhan Yang Maha Esa saya bisa menyelesaikan Karya Tulis, dengan judul Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Dalam Rangka Meningkatkan Mutu Guru dan Sarana Prasarana di TK Pertiwi Bango Kecamatan Demak Kabupaten Demak sebagai prasyarat Lomba Kepala TK Berprestasi Kabupaten Demak Tahun 2010, walaupun masih banyak kekurangan, inilah sumbangsih saya kepada dunia pendidikan, khususnya pendidikan di Taman Kanak-Kanak.
Penyempurnaan Kurikulum dan perkembangan ilmu pengetahuan di bidang pendidikan yang akan datang sangat menuntut kita untuk meningkatkan sumber daya manusia guna menunjang tercapainya tujuan pendidikan di Taman Kanak-Kanak.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya tulis ini tak dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Kepala UPTD Dikpora Kecamatan Demak
2. Pengawas TK / SD Kecamatan Demak
3. Kepala TK Pertiwi Bango yang sekaligus melaksanakan penerapan supervisi ini
4. Rekan-rekan guru TK Pertiwi Bango Kecamatan Demak
5. Ketua Komite dan bidang-bidang / seksi Komite Sekolah
6. Ketua penyelenggara TK Pertiwi Bango Kecamatan Demak
Akhirnya penulis memohon maaf apabila dalam laporan karya tulis ini jauh dari sempurna, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharap kritik dan saran demi peningkatan dan penyempurnaan karya tulis ini.

Demak, Juni 2010

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Judul i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii

BAB I PENDAHULUAN 1
1. Latar Belakang Masalah 1
2. Permasalahan 2
3. Strategi Pemecahan Masalah 3

BAB II PEMBAHASAN 5
1. Alasan Pemilihan Strategi Pemecahan Masalah 7
2. Hasil atau Dampak yang Dicapai 8
3. Kendala-Kendala yang Dihadapi 10
4. Faktor-Faktor Pendukung 10
5. Alternatif Pengembangan 10

BAB III KESIMPULAN DAN REKOMENDASI OPERASIONAL 11
1. Simpulan 11
2. Rumusan Rekomendasi Operasional untuk Implementasi
Temuan 11

PENGESAHAN 13
DAFTAR PUSTAKA 14
LAMPIRAN

BAB I
PENDAHULUAN


1. Latar Belakang
Terjadinya perubahan yang sangat mendasar berupa bergesernya paradigma pembinaan sekolah. Jika selama ini menggunakan paradigma input-output production, artinya dengan input yang baik secara otomatis mutu output akan baik. Melalui MBS sekolah dipandang sebagai suatu unit manajemen yang utuh dan memerlukan perlakuan (treatment) khusus dalam upaya pengembangannya. Perlakuan khusus itu akan berbeda untuk setiap sekolah.
Pengambilan keputusan dalam merancang dan mengelola pendidikan seharusnya lebih banyak dilakukan di tingkat sekolah, namun demikian sekolah tidak memiliki kapasitas untuk berjalan sendiri tanpa menghiraukan kebijakan, prioritas dan standardisasi yang diamanatkan oleh pemerintah yang telah ditentukan secara demokratis atau politis.
Pemberian otonomi yang lebih besar dengan model MBS yang bertanggung jawab diberikan kepada kepala sekolah dalam pemanfaatan sumber daya, sesuai dengan kondisi setempat. Konsep otonomi merupakan tindakan desentralisasi yang dilakukan oleh lembaga yang lebih tinggi ke sekolah. Hal tersebut merupakan upaya pemberdayaan semua potensi yang tersedia di sekolah.
MBS menuntut kesiapan pengelola pendidikan berbagai jenjang untuk melakukan perannya sesuai dengan kewajiban, kewenangan, dan tanggung jawabnya. MBS akan efektif diterapkan jika para pengelola pendidikan mampu melibatkan stakeholders terutama peningkatan peran serta masyarakat dalam menentukan kewenangan pengadministrasian, dan inovasi kurikulum yang dilakukan oleh masing-masing sekolah. Inovasi kurikulum lebih menekankan kepada peningkatan kualitas dan keadilan (equity), pemerataan (equality) bagi semua siswa yang didasarkan atas kebutuhan peserta didik dan masyarakat lingkungannya.
MBS merupakan strategi yang efektif dalam meningkatkan kinerja unggul sekolah yang didukung oleh anggaran, SDM, dan kurikulum atau pengajaran yang memadai. MBS juga memisahkan sistem informasi, penggunaan sumber, metode belajar dan pemerintahan.
Orientasi MBS adalah pelibatan aktor sekolah secara lebih luas dalam hal bagaimana mereka mendidik siswa dan memperbaiki kinerja organisasi sekolah. Implementasi MBS akan mensyaratkan hal-hal sebagai berikut :
- Adanya kebutuhan untuk berubah atau inovasi
- Adanya re-desain organisasi pendidikan, dan
- Proses perubahan sebagai proses belajar
Penulis melakukan pengamatan terhadap permasalahan yang terjadi di TK Pertiwi Bango, bahwa salah satu usaha untuk meningkatkan mutu guru dan sarana prasarana yang harus tergali oleh sekolah yaitu melaksanakan MBS. Hal ini bisa dilihat dari :
a. Kesejahteraan guru rendah
b. Kualifikasi pendidikan guru rendah
c. Sarana prasarana kurang sekali
Permasalahan yang terjadi tidak terlepas dari kurangnya wawasan kepala sekolah dalam menerapkan manajemen sekolah.
Kondisi TK Pertiwi Bango yang berdiri sejak 1 Juli 1983 tidak dapat didiamkan begitu saja. Karena jika penerapan manajemen kurang tepat, hal ini sudah dipastikan bahwa proses selanjutnya juga akan mengalami kegagalan.
Berdasarkan uraian di atas, penulis mengangkat judul : ”Penerapan MBS dalam rangka meningkatkan mutu guru dan sarana prasarana di TK Pertiwi Bango Kecamatan Demak Kabupaten Demak.

2. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, masalah karya tulis ini dapat dirumuskan : Apakah penerapan manajemen berbasis sekolah dapat meningkatkan mutu guru dan sarana prasarana di TK Pertiwi Bango Kecamatan Demak Kabupaten Demak?
3. Strategi Pemecahan Masalah
Untuk penerapan MBS di TK Pertiwi Bango Kecamatan Demak Kabupaten Demak ada strategi pemecahan masalah :
1. Seleksi Mutu Guru
Kepala Sekolah mengadakan pengamatan terhadap guru berdasarkan data yang ada yaitu kualifikasi akademik, pendidikan dan latihan, seminar, prestasi guru dan mengamati kesejahteraan guru berdasarkan data yang ada.
2. Seleksi Mutu Sarana Prasarana
Kepala Sekolah bersama Komite Sekolah mengadakan pengamatan terhadap sarana prasarana yang ada berdasarkan pada data yang ada. Kemudian untuk pengadaan berdasarkan skala prioritas atau sarana prasarana yang sangat diperlukan pada saat ini (dalam satu tahun pelajaran).
3. Merencanakan Peningkatan
Kepala Sekolah beserta Komite Sekolah merencanakan berbagai prosedur untuk meningkatkan mutu guru baik guru negeri maupun guru non negeri beserta kesejahteraannya.
Kepala Sekolah beserta Komite Sekolah merencanakan berbagai prosedur untuk perbaikan dan pengadaan sarana prasarana.
4. Analisis
Kepala Sekolah beserta Komite Sekolah menganalisis berbagai informasi dan data.
5. Evaluasi
Kepala Sekolah dan Komite Sekolah melakukan evaluasi mengenai kontribusi berbagai pengamatan dan perencanaan terhadap peningkatan mutu guru, kesejahteraan, perbaikan dan pengadaan sarana prasarana.




Tahapan Operasional Pelaksanaannya
Berdasarkan uraian tentang manajemen berbasis sekolah dapat digambarkan bahwa penerapan manajemen ini dapat meningkatkan mutu guru dan sarana prasarana.
Adapun langkah-langkah yang diterapkan pada proses manajemen berbasis sekolah di TK Pertiwi Bango Kecamatan Demak Kabupaten Demak adalah sebagai berikut :
a. Pada akhir tahun pelajaran kepala sekolah dan guru mengadakan rapat dewan guru
b. Hasil rapat dewan guru kita musyawarahkan dulu rapat dengan ketua komite beserta pengurus / bidang-bidang komite
c. Hasil rapat di atas kita angkat pada rapat komite beserta orang tua wali murid, penyelenggara, tokoh masyarakat dan tokoh agama, instansi terkait pada awal tahun pelajaran
d. Kegiatan rapat bersama yaitu mengangkat tentang kegiatan kebutuhan yang akan dilaksanakan pada awal tahun pelajaran dan akhir pelajaran atau selama satu tahun pelajaran
e. Keputusan rapat komite dapat disyahkan kalau 75 % orang tua / wali murid hadir pada kegiatan rapat komite
f. Pada akhir tahun ajaran kepala sekolah mengadakan rapat komite dan menyampaikan laporan pertanggung jawaban kegiatan yang telah dilaksanakan kepada komite sekolah dan wali murid.
g. Kepala sekolah memberikan surat pemberitahuan / kesimpulan hasil rapat komite kepada orang tua wali murid, komite sekolah, penyelenggara, tokoh masyarakat dan instansi terkait yang diketahui oleh ketua komite sekolah
h. Rapat komite beserta orang tua wali murid, penyelenggara, tokoh masyarakat, tokoh agama, instansi terkait dilaksanakan minimal 2 kali selama 1 tahun pelajaran dan dilaksanakan setiap tahun

BAB II
PEMBAHASAN


Kajian Teori
Istilah manajemen berbasis sekolah (MBS) berasal dari tiga kata, yaitu manajemen, berbasis, dan sekolah. Manajemen adalah pengkoordinasian dan penyerasian sumber daya melalui sejumlah input manajemen untuk mencapai tujuan atau untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Catatan: sumber daya terbagi menjadi sumber daya manusia dan sumber daya selebihnya (peralatan, perlengkapan, bahan/material, dan uang); input manajemen terdiri dari tugas, rencana, program, limitasi yang terwujud dalam bentuk ketentuan-ketentuan. (Poernomosidi Hadjisarosa, 1997)
Berbasis berarti "berdasarkan pada" atau "berfokuskan pada". Sekolah adalah suatu organisasi terbawah dalam jajaran Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) yang bertugas memberikan "bekal kemampuan dasar" kepada peserta didik atas dasar ketentuan-ketentuan yang bersifat legalistik (makro, meso, mikro) dan profesionalistik (kualifikasi, untuk sumber daya manusia; spesifikasi untuk barang/jasa, dan prosedur-prosedur kerja). (Poernomosidi Hadjisarosa, 1997).
Dari uraian tersebut dapat dirangkum bahwa "manajemen berbasis sekolah" adalah pengkoordinasian dan penyerasian sumberdaya yang dilakukan secara otonomis (mandiri) oleh sekolah melalui sejumlah input manajemen untuk mencapai tujuan sekolah dalam kerangka pendidikan nasional, dengan melibatkan semua kelompok kepentingan yang terkait dengan sekolah secara langsung dalam proses pengambilan keputusan (partisipatif)". Catatan: kelompok kepentingan yang terkait dengan sekolah meliputi: kepala sekolah dan wakil-wakilnya, guru, siswa, konselor, tenaga administratif, orangtua siswa, tokoh masyarakat, para profesional, wakil pemerintahan, wakil organisasi pendidikan. Lebih ringkas lagi, manajemen berbasis sekolah dapat dirumuskan sebagai berikut (David, 1989 dalam unduh): manajemen berbasis sekolah = otonomi manajemen sekolah + pengambilan keputusan partisipatif.
Otonomi dapat diartikan sebagai kewenangan/kemandirian yaitu kemandirian dalam mengatur dan mengurus dirinya sendiri, dan merdeka/tidak tergantung (Undang-Undang No.22 Th.1999 tentang Pemerintahan Daerah). Istilah otonomi juga sama dengan istilah "swa", misalnya swasembada, swakelola, swadana, swakarya, swalayan, dan swa-swa lainnya. Jadi otonomi sekolah adalah kewenangan sekolah untuk mengatur dan mengurus kepentingan warga sekolah menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi warga sekolah sesuai dengan peraturan perundang-undangan pendidikan nasional yang berlaku. Tentu saja kemandirian yang dimaksud harus didukung oleh sejumlah kemampuan, yaitu kemampuan mengambil keputusan yang terbaik, kemampuan berdemokrasi/menghargai perbedaan pendapat, kemampuan memobilisasi sumber daya, kemampuan memilih cara pelaksanaan yang terbaik, kemampuan berkomunikasi yang efektif, kemampuan memecahkan persoalan-persoalan sekolah, kemampuan adaptif dan antisipatif, kemampuan bersinergi dan berkolaborasi, dan kemampuan memenuhi kebutuhannya sendiri.
Untuk mencapai otonomi sekolah, diperlukan suatu proses yang disebut "desentralisasi". Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan pendidikan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah, dari pemeritah Dati I ke Dati II, dari Dati II ke sekolah, dan bahkan dari sekolah ke guru, tetapi harus tetap dalam kerangka pendidikan nasional. Pengalaman selama ini menunjukkan bahwa pendidikan yang diatur secara "sentralistik" menghasilkan fenomena-fenomena seperti berikut: lamban berubah/beradaptasi, bersifat kaku, normatif sekali orientasinya karena terlalu banyaknya lapis-lapis birokrasi, tidak jarang birokrasi mengendalikan fungsi dan bukan sebaliknya, uniformitas telah memasung kreativitas, dan tradisi serta serimoni yang penuh kepalsuan sudah menjadi kebiasaan. Kecil itu indah, adalah merupakan esensi desentralisasi. Menurut (Bailey 1991 dalam unduh), organisasi yang cakupan, pemerintahan, manajemen, dan ukurannya kecil, mudah beradaptasi. Karena itu, desentralisasi bukan lagi merupakan hal penting untuk diterapkan, tetapi sudah merupakan keharusan. Dengan desentralisasi, maka: (1) fleksibilitas pengambilan keputusan sekolah akan tumbuh dan berkembang dengan subur, sehingga keputusan dapat dibuat "sedekat" mungkin dengan kebutuhan sekolah; (2) akuntabilitas / pertanggunggugatan terhadap masyarakat (majelis sekolah, orangtua peserta didik, publik) dan pemerintah meningkat; dan (3) kinerja sekolah akan meningkat (efektivitasnya, kualitasnya, efisiensinya, produktivitasnya, inovasinya, provitabilitasnya, kualitas kehidupan kerjanya, dan moralnya).
Pengambilan keputusan partisipatif (David, 1989 dalam unduh) adalah suatu cara untuk mengambil keputusan melalui penciptaan lingkungan yang terbuka dan demokratik, dimana warga sekolah (guru, siswa, karyawan, orang tua siswa, tokoh masyarakat) didorong untuk terlibat secara langsung dalam proses pengambilan keputusan yang akan dapat berkontribusi terhadap pencapaian tujuan sekolah. Hal ini dilandasi oleh keyakinan bahwa jika seseorang dilibatkan (berpartisipasi) dalam pengambilan keputusan, maka yang bersangkutan akan ada "rasa memiliki" terhadap keputusan tersebut, sehingga yang bersangkutan juga akan bertanggungjawab dan berdedikasi sepenuhnya untuk mencapai tujuan sekolah. Singkatnya: makin besar tingkat pertisipasi, makin besar pula rasa memiliki; makin besar rasa memiliki, makin besar pula rasa tanggungjawab; dan makin besar rasa tanggung jawab, makin besar pula dedikasinya. Tentu saja pelibatan warga sekolah dalam pengambilan keputusan harus mempertimbangkan keahlian, yurisdiksi, dan relevansinya dengan tujuan pengambilan keputusan sekolah.
Dengan pengertian diatas, maka pengembangan manajemen berbasis sekolah semestinya mengakar di sekolah, terfokus di sekolah, terjadi disekolah, dan dilakukan oleh sekolah. Untuk itu, penerapan manajemen berbasis sekolah memerlukan konsolidasi manajemen sekolah.

1. Alasan Pemilihan Strategi Pemecahan Masalah
Ada beberapa alasan pemilihan strategi pemecahan masalah dalam penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) ini :
a. Bagi Guru
1. Dapat meningkatkan kesejahteraan guru
2. Dapat meningkatkan mutu guru
3. Dapat meningkatkan kinerja guru
b. Bagi Sekolah
1. Meningkatkan sarana prasarana
2. Meningkatkan kerja sama
3. Meningkatkan kinerja sekolah
4. Meningkatkan budaya mutu
5. Memanfaatkan peran serta masyarakat

2. Hasil atau Dampak yang Dicapai
Dari penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) di TK Pertiwi Bango Kecamatan Demak Kabupaten Demak diperoleh hasil atau dampak sebagai berikut :
a. Bagi Guru
1. Dapat meningkatkan / ada kenaikan kesejahteraan setiap tahunnya
2. Dapat meningkatkan kualifikasi akademik
Dari pendidikan SMA melanjutkan ke D2. Dari pendidikan D2 melanjutkan ke S1. Dari S1 melanjutkan ke S2. Jadi sampai saat ini guru TK Pertiwi Bango 6 orang yang melanjutkan pendidikan ada 3 orang guru yaitu 2 guru ke S1 dan 1 guru ke S2 dengan biaya sendiri.
Telah disepakati antara Kepala Sekolah, guru dan komite, diklat inovasi pembelajaran / kurikulum diikuti semua guru di biayai dari dana operasional sekolah.
Diklat yang meliputi bagian dari kurikulum diikuti 3 guru dibiayai sekolah. Seminar-seminar yang dilaksanakan oleh instansi lain, disepakati boleh mengikuti dengan biaya sendiri. Sehingga TK Pertiwi Bango dapat meraih prestasi yang signifikan dari anak dapat meraih prestasi sampai ke Tingkat Provinsi dan DIY, guru dan kepala sampai ke Tingkat Kabupaten dan Kepala Sekolah saat ini bisa mengikuti lomba ke Tingkat Provinsi.




b. Bagi Sekolah
Meningkatkan sarana prasarana mulai tahun 2000 sampai sekarang :
1. Pemasangan sumber daya listrik
2. Memperbaiki gedung yang ± 25 % rusak (penggantian genting, talang, teras)
3. Pengadaan bola tangga
4. Pengadaan ruang kantor / ruang Kepala Sekolah berlantai keramik
5. pengecatan mebeler
6. Pengadaan ruang UKS, ruang guru, ruang gudang, 2 kamar mandi / WC, ruang dapur berkeramik
7. Pemasangan pompa air dari air sungai
8. Pengadaan tape recorder dan radio
9. Penambahan ventilasi dinding gedung
10. Pengadaan plafon 2 ruang kelas dan pengecatan dengan gambar bulan, bintang
11. Pengadaan pagar pintu sekolah bertuliskan TK Pertiwi Bango
12. Pengecatan dinding sekolah dan alat-alat permainan diluar kelas
13. Pengecatan dinding 2 ruang kelas sesuai tema pembelajaran di TK
14. Pengadaan papan tulis
15. Pengadaan titian (dulu sudah ada tetapi rusak)
16. Pengadaan tiang bendera (dulu sudah ada diganti yang lebih baik)
17. Pengadaan komedi putar
18. Pengadaan telepon
19. Pengadaan 2 kipas angin untuk di ruang kelas
20. Pengadaan 4 almari peraga, 1 almari piala, 1 almari administrasi
21. Pengadaan 8 karpet untuk ruang kelas
22. Pengadaan dipan dan perlengkapannya di UKS
23. Pengadaan taplak area
24. Pengadaan alat peraga di dalam kelas
25. Pengadaan tulisan-tulisan area yang menarik
26. Pengadaan alat-alat dapur antara lain : rak piring, kompor, piring dan gelas, dan lain-lain
27. Pengadaan timbangan dan meteran anak
28. Pengadaan 4 meja besar untuk kegiatan belajar anak di area-area
29. Pengadaan alat-alat kebersihan
30. Pengadaan sisbox / tempat administrasi kepala sekolah dan guru

3. Kendala-Kendala Yang Dihadapi
Ada beberapa kendala dalam penerapan manajemen berbasis sekolah antara lain :
a. Guru belum semuanya berkualifikasi akademik S1
b. Karena terbatasnya lahan, maka belum bisa menambah ruang kelas
c. Karena terbatasnya lahan untuk kegiatan bermain diluar maka belum bisa menambah alat-alat untuk bermain diluar kelas

4. Faktor-Faktor Pendukung
Ada beberapa faktor pendukung dalam penerapan manajemen berbasis sekolah antara lain :
a. Buku panduan manajemen berbasis sekolah
b. Rencana pelaksanaan peningkatan kualifikasi pendidikan dan peningkatan kesejahteraan
c. Rencana perbaikan, pengembangan / pengadaan sarana prasarana
d. Lembar realisasi program

5. Alternatif Pengembangan
Dalam penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) ada alternatif pengembangan :
a. MBS dapat meningkatkan mutu guru maka perlu ditingkatkan peran serta masyarakat dan disosialisasi ke TK lain
b. MBS dapat meningkatkan sarana prasarana maka perlu ditingkatkan peran serta masyarakat dan disosialisasikan di TK lain

BAB III
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI OPERASIONAL


1. Simpulan
Berdasarkan hasil penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang telah dilaksanakan di TK Pertiwi Bango Kecamatan Demak Kabupaten Demak dapat disimpulkan bahwa sangat tepat untuk meningkatkan mutu guru dan dapat meningkatkan sarana prasarana. Secara khusus karya tulis ini dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Penerapan manajemen berbasis sekolah (MBS) dapat meningkatkan kesejahteraan guru
b. Penerapan manajemen berbasis sekolah (MBS) dapat meningkatkan kualifikasi pendidikan
c. Penerapan manajemen berbasis sekolah (MBS) dapat meningkatkan kinerja guru
d. Penerapan manajemen berbasis sekolah (MBS) dapat meningkatkan sarana prasarana dari yang belum ada dapat diadakan, dari yang rusak dapat diperbaiki. Sehingga keadaan TK Pertiwi Bango Kecamatan Demak sampai saat ini tidak ketinggalan dengan TK-TK yang ada di kota walaupun keberadaan TK ada di desa
e. Penerapan manajemen berbasis sekolah (MBS) dapat meningkatkan kerja sama dan peran serta masyarakat secara optimal

2. Rumusan Rekomendasi Operasional Untuk Implementasi Temuan
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang diuraikan sebelumnya serta data dan bukti yang di dapat setelah penerapan manajemen berbasis sekolah (MBS) di TK Pertiwi Bango Kecamatan Demak Kabupaten Demak maka penulis merekomendasikan untuk penerapan lebih lanjut :
- Mengingat manajeman berbasis sekolah telah terbukti mampu meningkatkan mutu guru
- Mengingat manajeman berbasis sekolah telah terbukti mampu meningkatkan kesejahteraan guru
- Mengingat manajeman berbasis sekolah telah terbukti mampu meningkatkan sarana prasarana, dari yang belum ada dapat diadakan, dari yang rusak dapat diperbaiki / dapat menjadi baik.
- Mengingat manajeman berbasis sekolah telah terbukti mampu meningkatkan kerja sama dan memanfaatkan peran serta masyarakat secara optimal

UPTD PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAH RAGA
KECAMATAN DEMAK KABUPATEN DEMAK
Jl. Diponegoro No. 3 Telp. (0291) 685709 Demak

Nomor : Kepada Yth.
Lampiran : 1 bendel Kepala Dinas Pendidikan Pemuda
Perihal : Pengesahan dan Olah Raga Kabupaten Demak



Berdasarkan hasil pengamatan kami dilapangan bahwa karya tulis yang berjudul : Penerapan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Dalam Rangka Meningkatkan Mutu Guru dan Sarana Prasarana di TK Pertiwi Bango Kecamatan Demak Kabupaten Demak, yang dibuat oleh :

N a m a : KUSTI’AH, S.Pd
N I P : 19650620 198702 2 003
Tempat Tanggal Lahir : Demak, 20 Juni 1965
Pangkat / Golongan Ruang : Pembina IVa
J a b a t a n : Kepala Taman Kanak-Kanak
Unit Kerja : TK Pertiwi Desa Bango UPTD Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kecamatan Demak Kabupaten Demak

Benar-benar murni hasil karyanya.
Demikian hasil pengamatan, semoga dapat dipergunakan semestinya.


Demak, Juni 2010
K e p a l a


KHOLIDIN, SH.MM
NIP. 19630416 1988 1 006

DAFTAR PUSTAKA


Direktorat Dikmenum. 2000. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta: Depdiknas.
Dewan Perwakilan Rakyat. 1999. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Jakarta: Dewan Perwakilan Rakyat.
http://okidermawan.multiply.com/journal/item/3
jam 8.46 30 mei 2010
Poernomosidi Hadjisarosa. 1997. Naskah 1: Butir-Butir untuk Memahami Pengertian Mengenali Hal Secara Utuh dan Benar (Bahan Kuliah STIE Mitra Indonesia).

1 komentar:

  1. Terima kasih informasinya, sangat berguna... izin save untuk belajar bapak saya...

    BalasHapus